Laman

Minggu, 23 Desember 2012

Muslim di China dan Pengaruhnya pada Seni Beladiri Tradisional (2)

Bangsa Hui Sangat Loyal pada Kaisar China


Setelah Mongolia mengambil alih China, membentuk Dinasti Yuan (1279-1368), bangsa asli China membentuk kelompok-kelompok perjuangan pembebasan China. Sebuah pemberontakan petani akhirnya sukses menyatukan bangsa China untuk melakukan perlawanan rakyat semesta. Perjuangan pembebasan ini dipimpin oleh Zhu Yuan Zhang (Hong Wu) rahimahullah yang dengan ijin Allah berhasil menggulingkan pemerintahan Yuan dan mendirikan kekaisaran Ming untuk melindungi bangsa China dengan keadilan Islam. Ibrahim Tien Ying Ma, bekas mufti Peking (Beijing) dan salah seorang pegawai Republik China sebelum China jatuh ke tangan Komunis pada tahun 1949, telah menyatakan bahwa Dinasti Ming itu memang sebuah kerajaan Islam. 

Zhu Yuan Zhang dalam mendirikan kekaisaran Islam China dibantu oleh beberapa jenderal terkenal yaitu Chang Yu Chun, Hu Da Hai, Mu Ying, Lan Yu, Feng Sheng, dan Ding De Xing rahimahumullah. Mereka semua adalah muslim dan sangat ahli kungfu. Chang Yu Chuan menjadi terkenal karena memiliki pasukan tombak dengan taktik baru yang disebut Kai Ping Qiang Fa.

Selama gejolak kembalinya bangsa Mongol ke China menyerang Dinasti Ming, bangsa Han (orang China non muslim) dan bangsa Hui (muslim) berjuang berdampingan melakukan perlawanan. Kisah yang terkenal adalah kerjasama operasi pertahanan antara pasukan Ma Ying Shou rahimahullah dengan Li Zi Cheng (non muslim). Ma Ying Shou digelari oleh bangsa Han dengan “Lao Hui Hui” yang artinya senior muslim dan pasukannya dinamakan “Batalyon Lao Hui Hui”.  Bahkan pasca Manchu berhasil mengendalikan China, bangsa Hui tetap istiqomah melakukan perlawanan untuk mengembalikan China diatas kemuliaan Islam. Pada tahun 1862, seorang mujahid bernama Du Wen Xiu rahimahullah memimpin pemberontakan rakyat Hui di provinsi Yunnan melawan kaisar Mongol Tong Zhi Ching dan menyapu selusin provinsi di barat daya dan barat laut Tiongkok. Pemberontakan muslim yang sukses ini memaksa Dinasti Qing Mongol meminta bantuan pasukan kristen barat untuk memusnahkan Islam dari bumi China selama-lamanya.

Karena bangsa Hui memiliki loyalitas yang kuat pada kekaisaran China, mereka diperlakukan secara kejam dan ditekan setiap kali menunjukkan gejala pembangkangan pada pemerintah Mangol. Siapa saja yang diketahui berkumpul lebih dari tiga orang dengan membawa senjata akan ditangkap dan dihukum berat. Para napi politik di tato wajah mereka dengan tulisan “Hui Zui” (Muslim pemberontak). Stempel ini dimaksudkan untuk mempermalukan sang pejuang, intimidasi untuk melemahkan ruh jihad sekaligus sebagai tanda pihak keamanan untuk mewaspadai yang bersangkutan. Sayangnya, intimidasi ini hanya membuat bangsa Hui lebih ganas untuk melakukan perlawanan dari sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar